Berpolemik dan berbeda pendapat merupakan tabiat manusia. Sebagai
Pencipta, Allah Swt menghendaki tabiat dan fitrah ini tetap berjalan dalam
koridor keimanan yang benar. Oleh karena itu, adanya sebuah tolok-ukur yang
menjadi rujukan semua pihak adalah satu keniscayaan yang tidak dapak di elakkan
lagi. Allah Swt telah menurunkan kitab pedoman dengan kebenaran yang akan
menjadi penengah bagi umat manusia dalam berbagai hal yang dipeselisihkan.
Tanpa bekal ini, kehidupan yang sehat
tidak akan dapat berlangsung. Ini adalah ketentuan yang telah di tegaskan oleh
al-Quran dan dilandaskan pada asas tauhid yang absolut. Lalu, penyimpangan,
mitos, dan kebohongan terus-menerus dilakukan oleh anak cucu Adam, hingga
akhirnya mereka mulai menjauh dari asas yang kuat ini.
Dari sini jelas, bahwa manusia tidak
akan sanggup menjadi penengah antara kebenaran dan kebatilan selagi mereka
menjadi abdi hawa nafsu dan budak kesesatan. Al-Quran telah datang, namun
hawa-nafsu telah mencabik-cabik manusia dari berbagai arah. Ambisi,
kebimbangan, dan kesesatan telah jauh menyeret manusia untuk dapat menerima
hukum dan arahan al-Quran dan memalingkan mereka dari merujuk kepada kebenaran
yang sangat jelas.
Islam adalah agama yang abadi yang
terangkum dalam teks-teks al-Quran dan Sunnah Rasululllah Saw; sosok yang tak
pernah mengucapkan satu kata pun dari mulutnya kecuali wahyu Tuhan semesta
alam. Allah Swt dan Rasul-Nya telah mengetahui bahwa umatnya akan berbeda
pendapat setelah kepergian beliau, sebagaimana hal tersebut telah terjadi saat
beliau masih hidup dan berada di tengah-tengah mereka.
Atas dasar ini, al-Quran telah
menurunkan obor penerangan kepada umat yang dapat di gunakan selepas kepergian
Rasulullah Saw; pelita yang dapat menuntun manusia sehingga mengikuti jejak
yang pernah di tinggalkan oleh beliau, dan dapat membantu mereka dalam
menafsirkan arahan-arahannya agar manusia tidak jauh dari jalan kebenaran setelah
wafat Rasul. Karena Allah tidak mungkin asal-asalan dalam memilih wakilnya
untuk menegakkan keadilan di dunia ini. Maka dari itu Allah memilih orang-orang
pilihan-Nya sebagai wakil-Nya di dunia. Dan dunia tidak akan pernah kosong dari
yang namanya hujjah atau pemimpin umat setelah Rasulullah Saw.
Akan tetapi, saat ini kita telah
kehilangan seorang penengah antara kebenaran dan kebatilan. Lalu, bagaimana
dengan hal ini, apakah dunia kosong dari seorang pemimpin yang adil? Saat ini
dunia tidak kosong dari sebuah kepemimpinan, karena jika dunia ini tidak ada
pemimpin maka tidak di ragukan lagi dunia ini akan hancur. Karena terjadi
peperangan di mana-mana dan tidak satupun dari manusia yang bisa menengahi
antara kebenaran dan kebatilan yang ada. Di dalam hadis di katakan
dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa
Rasulullah bersabda,
وَ مَنْ مَاتَ وَ لَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً
جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang mati dan lehernya tidak ada bai’at maka dia
mati dalam keadaan jahiliyah.”
Dalam hal ini kita harus mengetahui
pemimpin kita sebagai panutan kita setelah Rasulullah wafat. Karena kehidupan
kita selalu berporos pada jejak langkah kaki kita. Apabila kita salah dalam
melakukan sebuah perbuatan, maka akan menyembabkan kefatalan. Seperti contoh,
seseorang melakukan sebuah perbuatan buruk yang di anggapnya adalah perbuatan
baik. Apakah dia tidak salah dalam berbuat? Tentu dia akan rugi apabila salah
pemahaman. Beginilah mengapa kepemimpinan sangat penting dalam kehidupan
manusia.
Pada saat inilah kita harus sabar
dalam menunggu seseorang yang akan membawakan keadilan di dunia ini. Karena
suatu saat nanti akan ada wakil Allah Swt yang akan mengadili dunia ini. Segala
bentuk kejahatan akan di hapus dari muka bumi ini dan segala bentuk kedzaliman
akan lenyap. Kita bisa mempersiapkannya dengan sebuah usaha yang di barengi
dengan doa, serta jihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Waktu
emas ini akan membawakan kebanggan dalam penantian kita. Karena pemerintahan
akhir zaman lebih baik daripada pemerintahan yang ada pada zaman sekarang ini.
Pemerintahan akhir zaman kelak sesuai dengan sistem al-Quran dan seseorang yang
ikut serta dalam memperjuangkan agama Islam ini akan menjadi orang-orang yang
beruntung di dunia maupun di akhiratnya.
Allah Swt berfirman dalam surat
Al-Ashr :1-2, “Demi masa. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian.”
Dalam tafsiran ayat “Demi masa”. Kata
masa disini adalah masa penantian, yaitu menantikan kedatangan seseorang yang
akan mengadili dunia ini. Maka disini tugas kita adalah sabar dalam penantian
tersebut, dan terus konsisten dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan
penuh keikhlasan dan penuh dengan keimanan. Agar kita tidak termasuk dari
golongan orang-orang yang merugi.
Sabar termasuk bagian dari iman. Dan
ia termasuk sarana bagi umat manusia untuk sampai pada kesempurnaan. Jika dalam
kehidupan kita, kita bisa menggunakan kesabaran kita sebaik mungkin, maka
balasan di sisi Allah sangatlah besar, dan orang lain akan engga terhadap
kepribadian kita yang mencerminkan sifat baik. Sabar tidak akan terealisasikan
apabila hati masih di liputi oleh rasa ragu atau takut terhadap sesuatu yang
ada di sekitar kita.
Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya,
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menola kejahatan dengan
kabaikan; orang-orang itulah yang mendapatkan tempat kesudahan (yang baik).”
Dan masih banyak lagi ayat al-Quran
yang menjelaskan begitu pentingnya kesabaran dalam hidup kita. Sebuah contoh,
apabila anda ingin memasuki sebuah ATM untuk mengambil uang. Pasti ketika
ruangan tersebut sudah penuh, anda diperkenankan ngantri dan masuk secara
bergantian. Jika anda langsung masuk begitu saja, tanpa anda ngatri di tempat
tersebut, apakah seorang satpam tidak mengusir anda? Tentu satpam akan mengusir
anda, jika anda tidak mengikuti prosedur-prosedur yang ada. Adapun kita yang
menanti dengan sabar, kita akan mendapatkan waktu yang tepat untuk kita sampai
pada tujuan kita masing-masing.
Jangan takut untuk bersabar, karena
Allah Swt selalu bersama orang-orang yang sabar dan Allah akan memberikan jalan
keluar ketika manusia sabar dalam sebuah permasalahan. Sebagaimana firman-Nya,
“Allah bersama orang-orang yang sabar.” Jika kita meyakini Allah adalah
Tuhan kita, maka tidak perlu diragukan bahwa setiap perkataan Allah adalah
nyata dan tidak ada satupun firman-Nya yang dapat diragukan. Karena Allah Swt
Maha segalanya. Apabila penantian kita ada pada puncak kesabaran kita, maka
kita adalah manusia-manusia pilihan Allah, dan Allah Swt akan menjamin
kehidupan kita.
Dalam masa periode kemerdekaan dulu
juga membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Karena para pejuang kemerdekaan
menggunakan semua jasa ataupun harta demi mempertahankan dan merangkul
Indonesia dari tangan-tangan para penindas di zaman itu. Mereka juga
menggerakkan seluruh kesabarannya untuk sampai pada titik kemenangan. Karena
menurut mereka, tidak ada yang penting selain dari pengorbanannya untuk
berkibarnya bendera kemenangan di atas tumpahnya darah pahlawan nasional.
Sabar juga salah satu sifat mulia
yang ada pada diri manusia. Jika manusia hidup hanya dengan hawa-nafsunya saja,
maka dimana-mana akan banyak terjadi pertumpahan darah. Karena tidak ada
benteng terkuat dalam diri manusia kecuali kesabaran. Seseorang yang tidak bisa
menahan amarahnya, orang tersebut sulit untuk mencari hidup yang tenang. Dan
orang lain akan menjauh darinya. Dari situ di butuhkan sebuah kesabaran penuh.
Tidak ada perbedaan dalam kesabaran.
Sekarang ini yang sangat kita butuhkan adalah kesabaran dalam menanti sosok
manusia mulia yang akan membawa keadilan ke dunia ini. Dengan hal ini kita
harus mempersiapkan semuanya, agar kita bisa bergabung dalam memberantas
kedzaliman nanti. Mengapa kita harus sabar dalam menanti sosok tersebut? karena
sosok manusia mulia itu adalah wakil Allah di muka bumi ini. Dan barang siapa
yang mati tidak mengetahui hujjah tersebut, maka ia mati dalam keadaan
jahiliyah, sebagaimana yang telah di riwayatkan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar