Menanti Kedatangan Ratu Adil Sebagai Obor Keadilan Umat Manusia - Musafir Islam
Default Width dan Height di Tag Marquee Media Pencerahan Umat Islam

Sabtu, 05 Oktober 2019

Menanti Kedatangan Ratu Adil Sebagai Obor Keadilan Umat Manusia


 Berpolemik dan berbeda pendapat merupakan tabiat manusia. Sebagai Pencipta, Allah Swt menghendaki tabiat dan fitrah ini tetap berjalan dalam koridor keimanan yang benar. Oleh karena itu, adanya sebuah tolok-ukur yang menjadi rujukan semua pihak adalah satu keniscayaan yang tidak dapak di elakkan lagi. Allah Swt telah menurunkan kitab pedoman dengan kebenaran yang akan menjadi penengah bagi umat manusia dalam berbagai hal yang dipeselisihkan.

Tanpa bekal ini, kehidupan yang sehat tidak akan dapat berlangsung. Ini adalah ketentuan yang telah di tegaskan oleh al-Quran dan dilandaskan pada asas tauhid yang absolut. Lalu, penyimpangan, mitos, dan kebohongan terus-menerus dilakukan oleh anak cucu Adam, hingga akhirnya mereka mulai menjauh dari asas yang kuat ini.

Dari sini jelas, bahwa manusia tidak akan sanggup menjadi penengah antara kebenaran dan kebatilan selagi mereka menjadi abdi hawa nafsu dan budak kesesatan. Al-Quran telah datang, namun hawa-nafsu telah mencabik-cabik manusia dari berbagai arah. Ambisi, kebimbangan, dan kesesatan telah jauh menyeret manusia untuk dapat menerima hukum dan arahan al-Quran dan memalingkan mereka dari merujuk kepada kebenaran yang sangat jelas.

Islam adalah agama yang abadi yang terangkum dalam teks-teks al-Quran dan Sunnah Rasululllah Saw; sosok yang tak pernah mengucapkan satu kata pun dari mulutnya kecuali wahyu Tuhan semesta alam. Allah Swt dan Rasul-Nya telah mengetahui bahwa umatnya akan berbeda pendapat setelah kepergian beliau, sebagaimana hal tersebut telah terjadi saat beliau masih hidup dan berada di tengah-tengah mereka.

Atas dasar ini, al-Quran telah menurunkan obor penerangan kepada umat yang dapat di gunakan selepas kepergian Rasulullah Saw; pelita yang dapat menuntun manusia sehingga mengikuti jejak yang pernah di tinggalkan oleh beliau, dan dapat membantu mereka dalam menafsirkan arahan-arahannya agar manusia tidak jauh dari jalan kebenaran setelah wafat Rasul. Karena Allah tidak mungkin asal-asalan dalam memilih wakilnya untuk menegakkan keadilan di dunia ini. Maka dari itu Allah memilih orang-orang pilihan-Nya sebagai wakil-Nya di dunia. Dan dunia tidak akan pernah kosong dari yang namanya hujjah atau pemimpin umat setelah Rasulullah Saw.

Akan tetapi, saat ini kita telah kehilangan seorang penengah antara kebenaran dan kebatilan. Lalu, bagaimana dengan hal ini, apakah dunia kosong dari seorang pemimpin yang adil? Saat ini dunia tidak kosong dari sebuah kepemimpinan, karena jika dunia ini tidak ada pemimpin maka tidak di ragukan lagi dunia ini akan hancur. Karena terjadi peperangan di mana-mana dan tidak satupun dari manusia yang bisa menengahi antara kebenaran dan kebatilan yang ada. Di dalam hadis di katakan  dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah bersabda,

وَ مَنْ مَاتَ وَ لَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً       
  
Barangsiapa yang mati dan lehernya tidak ada bai’at maka dia mati dalam keadaan jahiliyah.”

Dalam hal ini kita harus mengetahui pemimpin kita sebagai panutan kita setelah Rasulullah wafat. Karena kehidupan kita selalu berporos pada jejak langkah kaki kita. Apabila kita salah dalam melakukan sebuah perbuatan, maka akan menyembabkan kefatalan. Seperti contoh, seseorang melakukan sebuah perbuatan buruk yang di anggapnya adalah perbuatan baik. Apakah dia tidak salah dalam berbuat? Tentu dia akan rugi apabila salah pemahaman. Beginilah mengapa kepemimpinan sangat penting dalam kehidupan manusia.

Pada saat inilah kita harus sabar dalam menunggu seseorang yang akan membawakan keadilan di dunia ini. Karena suatu saat nanti akan ada wakil Allah Swt yang akan mengadili dunia ini. Segala bentuk kejahatan akan di hapus dari muka bumi ini dan segala bentuk kedzaliman akan lenyap. Kita bisa mempersiapkannya dengan sebuah usaha yang di barengi dengan doa, serta jihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Waktu emas ini akan membawakan kebanggan dalam penantian kita. Karena pemerintahan akhir zaman lebih baik daripada pemerintahan yang ada pada zaman sekarang ini. Pemerintahan akhir zaman kelak sesuai dengan sistem al-Quran dan seseorang yang ikut serta dalam memperjuangkan agama Islam ini akan menjadi orang-orang yang beruntung di dunia maupun di akhiratnya.

Allah Swt berfirman dalam surat Al-Ashr :1-2, Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.”

Dalam tafsiran ayat “Demi masa”. Kata masa disini adalah masa penantian, yaitu menantikan kedatangan seseorang yang akan mengadili dunia ini. Maka disini tugas kita adalah sabar dalam penantian tersebut, dan terus konsisten dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan penuh keikhlasan dan penuh dengan keimanan. Agar kita tidak termasuk dari golongan orang-orang yang merugi.

Sabar termasuk bagian dari iman. Dan ia termasuk sarana bagi umat manusia untuk sampai pada kesempurnaan. Jika dalam kehidupan kita, kita bisa menggunakan kesabaran kita sebaik mungkin, maka balasan di sisi Allah sangatlah besar, dan orang lain akan engga terhadap kepribadian kita yang mencerminkan sifat baik. Sabar tidak akan terealisasikan apabila hati masih di liputi oleh rasa ragu atau takut terhadap sesuatu yang ada di sekitar kita.

Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menola kejahatan dengan kabaikan; orang-orang itulah yang mendapatkan tempat kesudahan (yang baik).”

Dan masih banyak lagi ayat al-Quran yang menjelaskan begitu pentingnya kesabaran dalam hidup kita. Sebuah contoh, apabila anda ingin memasuki sebuah ATM untuk mengambil uang. Pasti ketika ruangan tersebut sudah penuh, anda diperkenankan ngantri dan masuk secara bergantian. Jika anda langsung masuk begitu saja, tanpa anda ngatri di tempat tersebut, apakah seorang satpam tidak mengusir anda? Tentu satpam akan mengusir anda, jika anda tidak mengikuti prosedur-prosedur yang ada. Adapun kita yang menanti dengan sabar, kita akan mendapatkan waktu yang tepat untuk kita sampai pada tujuan kita masing-masing.

Jangan takut untuk bersabar, karena Allah Swt selalu bersama orang-orang yang sabar dan Allah akan memberikan jalan keluar ketika manusia sabar dalam sebuah permasalahan. Sebagaimana firman-Nya, “Allah bersama orang-orang yang sabar.” Jika kita meyakini Allah adalah Tuhan kita, maka tidak perlu diragukan bahwa setiap perkataan Allah adalah nyata dan tidak ada satupun firman-Nya yang dapat diragukan. Karena Allah Swt Maha segalanya. Apabila penantian kita ada pada puncak kesabaran kita, maka kita adalah manusia-manusia pilihan Allah, dan Allah Swt akan menjamin kehidupan kita.

Dalam masa periode kemerdekaan dulu juga membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Karena para pejuang kemerdekaan menggunakan semua jasa ataupun harta demi mempertahankan dan merangkul Indonesia dari tangan-tangan para penindas di zaman itu. Mereka juga menggerakkan seluruh kesabarannya untuk sampai pada titik kemenangan. Karena menurut mereka, tidak ada yang penting selain dari pengorbanannya untuk berkibarnya bendera kemenangan di atas tumpahnya darah pahlawan nasional.

Sabar juga salah satu sifat mulia yang ada pada diri manusia. Jika manusia hidup hanya dengan hawa-nafsunya saja, maka dimana-mana akan banyak terjadi pertumpahan darah. Karena tidak ada benteng terkuat dalam diri manusia kecuali kesabaran. Seseorang yang tidak bisa menahan amarahnya, orang tersebut sulit untuk mencari hidup yang tenang. Dan orang lain akan menjauh darinya. Dari situ di butuhkan sebuah kesabaran penuh.

Tidak ada perbedaan dalam kesabaran. Sekarang ini yang sangat kita butuhkan adalah kesabaran dalam menanti sosok manusia mulia yang akan membawa keadilan ke dunia ini. Dengan hal ini kita harus mempersiapkan semuanya, agar kita bisa bergabung dalam memberantas kedzaliman nanti. Mengapa kita harus sabar dalam menanti sosok tersebut? karena sosok manusia mulia itu adalah wakil Allah di muka bumi ini. Dan barang siapa yang mati tidak mengetahui hujjah tersebut, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah, sebagaimana yang telah di riwayatkan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar