Hidup merupakan salah satu
nikmat dari Allah yang paling besar dan merupakan sebuah keharusan bagi kita
untuk bersyukur atas itu serta kita harus berusaha untuk menggunakan hidup ini
dengan sebaik-baiknya karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita dan
kapan musibah akan menimpa kita.
Dan kita harus bersiap-siap
untuk apapun yang akan terjadi seperti kata pepatah “sedia payung sebelum
hujan” atau dalam pepatah bahasa arab الوقاية خير من العلاج
yang artinya kurang lebih sama.
Manusia
melihat kehidupan itu terbagi dua yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Ada beberapa kelompok orang yang bertanya-tanya untuk apa kehidupan dunia, jika
sudah ada kehidupan akhirat yang kekal lalu apa manfaat dari kehidupan dunia
yang fana ini, kenapa manusia harus hidup terlebih dahulu di dunia ini sebelum
hidup di akhirat, bagaimana dengan orang-orang yangmelakukan banyak kejahatan
kenapa mereka diciptakan, yang mana mereka ditakdirkan untuk masuk neraka. Adilkah
hal ini ???
Pertanyaan
ini terkadang muncul dari lisan para penganut agama yang belum memahami agama
secara seutuhnya dan belum memahami apa makna dari tauhid sebenarnya, jika
seseorang telah memahami itu semua maka yang ada pada dirinya hanyalah keyakinan
akan kehidupan akhirat yang kekal dan apa fungsi dari dunia ini.
Jawabannya
adalah, bahwa dunia ini diciptakan sebagai jembatan menuju akhirat serta tempat
mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di akhirat.
Rasul
SAW bersabda,
الدنيا مزرعة الأخرة
“Dunia
adalah ladangnya akhirat”
Mengapa
ladang ? karena di ladang kita menanam sesuatu, kemudian menunggu sesuatu itu
panen, setelah itu kita menuai apa yang kita tanam, serta memanfaatkan apa yang
kita tuai, jika kita menanam padi maka kita akan menuai padi dan akan merubah
padi sebagai nasi kemudian kita jadikan sebagai makanan bagi kita, namun jika
kita menanam rumput liar maka apa yang bisa kita manfaatkan ? tidak ada.
Begitu
pula di akhirat, jika kita di dunia kita beramal sesuatu yang baik maka kita
bisa memanfaatkan amalan yang baik bagi kita sebagai kunci menyebrangi jembatan
sirath untuk akhirat yang bahagia selamanya, akan tetapi jika kita beramal
sesuatu yang buruk maka kita tidak akan bisa memanfaatkan amalan kita itu dan
kita tidak akan bisa menyebrangi jembatan sirath dan apa yang akan terjadi
kepada kita ?. . . . tidak ada yang lain selain sebuah kehidupan yang abadi
penuh dengan kesengsaraan dan siksaan yang pedih.
Namun
apakah kehidupan di dunia ini benar-benar semudah menanam di ladang yang mana
hampir semua orang sehat baik kafir maupun tidak, bisa melakukannya ?.
kenyataannya tidaklah semudah menanam di ladang, bahkan Rasulullah Saw memperingati
manusia mengenai dunia melalui hadisnya,
إِنَّمَا الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَ جَنَّةُ
الْكَافِرِ
“Sesungguhnya
dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir”
Dunia
adalah penjara, yang berarti hanya berisi semua hal yang negatif mulai dari
kesedihan, tipuan, kehinaan, kejelekan, dan kefanaan, yang secara logika, tidak
ada manusia yang berharap dan ingin masuk penjara. Namun dunia hanyalah penjara
bagi orang mukmin, yang menandakan bahwa hanya orang mukmin dan orang yang
levelnya diatasnya yang bisa merasakan dunia ini seperti penjara karena bisa
kita lihat dalam sejarah. Orang-orang yang beriman selalu mendapatkan
penindasan dan tekanan dari lingkungan sekitarnya.
Dan
dunia adalah surga bagi orang-orang kafir. Benar, kita bisa melihat bagaimana
kehidupan orang-orang kafir ini di dunia, mereka hanya berhura-hura mencari kesenangan
dan selalu menuruti syahwatnya. Hal ini membuat mereka bahwa dunia ini hanya
diciptakan untuk bersenang-senang tanpa ada
tujuan yang lain.
Lantas,
apakah hanya orang mukmin yang merasa dunia ini sebagai penjara dan apakah
hanya orang kafir yang merasakan dunia ini seperti surga.
Tidak
hanya orang mukmin yang merasakan bahwa dunia ini seperti penjara, banyak juga
orang-orang kafir yang hidupnya sangat menderita seakan-akan dia memang tidak
ditakdirkan untuk hidup didunia atau orang-orang yang berada dalam penindasan
seorang penguasa zhalim, mereka tidak pernah merasa bahwa dunia ini adalah
tempat yang menyenangkan. Juga tidak hanya orang kafir yang merasa bahwa dunia
ini seperti surga, tidak sedikit orang muslim yang melakukan apa-apa yang orang
kafir lakukan. Berhura-hura, senantiasa bermaksiat, mengganggu hidup orang
dengan apa yang dimilikinya. Untuk contoh orang-orang muslim yang melakukan hal
ini, bagi kita tidak sulit mencarinya, mereka ada dimana-mana, namun bagi orang
yang tidak kritis terhadap sekitarnya akan tidak menyadarinya.
Masalah
yang sangat sering muncul adalah, bagaimana mereka bisa mengaku muslim
sedangkan mereka senantiasa melanggar perintah allah, mendekati
larangan-larangannya, berbuat maksiat dan meniru perbuatan-perbuatan orang
kafir.
Apakah
hal ini patut dilakukan ?, apakah hal ini dibolehkan dalam ajaran islam ?, jika
mereka benar islam maka apa bukti yang membenarkan mereka melakukan hal-hal
demikian, apakah tidak ada ayat atau hadis yang melarang tentang hal ini ?
Pertanyaan
demi pertanyaan akan terus muncul mengenai masalah ini, kita harus meneliti,
mengapa umat islam di zaman sekarang ini sangat banyak yang bertinghkah laku
seperti orang kafir. Berlaku buruk, beradab buruk dan berkata buruk serta
hal-hal buruk lain. Lalu hal apa yang bisa membuat sangat banyak orang muslim
terpengaruh oleh budaya kafir, bagaimana orang-orang kafir itu bisa menularkan
budaya mereka kepada umat islam dan menjadikannya kebiasaan dalam umat islam
dan mengapa umat islam tidak bisa menularkan budaya kepada orang lain.
Budaya
orang kafir seperti kita ketahui, hanya berisi senang-senang dan menuruti hawa
nafsunya. Hal ini sangat bertentangan dengan islam yang memerintahkan manusia
berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengikuti hawa nafsunya.
Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, satu. Hawa nafsu merupakan musuh yang
paling berbahaya bagi kita, bahkan lebih berbahaya daripada setan. Dalam
beberapa kasus bahkan setan belum sempat menggoda manusia namun manusia sudah
terlebih dahulu berbuat maksiat karena hawa nafsunya.
Allah
berfirman dalam al-qur’an surat al-qashas ayat 50
وَمَن أَضَلَّ مِمَّنِ التَّبَعَ هَوَاهُ
“Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya”
Sebuah
peringatan yang keras dari al-qur’an tentang para pengikut hawa nafsu, kata أَضَلَّ disitu bermakna yang paling sesat, berarti
orang yang mengikuti hawa nafsu adalah orang yang paling sesat.
Seharusnya
ayat itu menjadi peringatan bagi umat islam, khususnya mereka yang
berteriak-teriak membela islam diluar sana agar mereka semua dan kita juga harus
selalu berusaha untuk tidak mengikuti hawa nafsu kita jikalau kita semua tidak
ingin digolongkan menjadi orang yang paling sesat, karena orang yang tersesat
tidak akan bisa menemui jalan pulangnya dan akan terus tersesat sampai akhirnya
dia dimasukkan kedalam neraka.
Semoga
kita tidak termasuk diantara golonga orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan
semoga allah tidak menjadikan kita diantara golongan orang-orang yang tersesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar