Pada
kesempatan kali ini, Saya akan membawakan sebuah tema yang berjudulkan dampak
takwa dalam kehidupan menurut Islam.
Islam
adalah sebuah agama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muham
mad Saw yang
didalamnya terdapat sebuah kitab suci (Al-Qur’an) sebagai pedoman hidup seluruh
manusia hingga akhir zaman.
Di
dalam Islam juga mempunyai aturan-aturan tertentu yang harus dijalankan seluruh
umat Islam didunia. Dan aturan itu berbentuk perintah sekaligus larangan untuk
seluruh umat Islam. Disebutkan bahwa salah satu dari perintah itu adalah untuk
senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Terdapat dalam firman-Nya surat Ali
Imran, ayat; 102 yang berbunyi:
ياَ أَيُّهاَ الّذيْنَ أمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kalian kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah
sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan beragama Islam”
Makna takwa dalam ayat yang sudah Saya sebutkan adalah
menjalankan apa yang diperintah Allah Swt dan menjauhi apayang dilarangan-Nya.
Seseorang yang bertakwa dalam
kehidupannya, maka mereka akan menjadi pribadi yang baik dan disegani oleh
masyarakat. Dan ketika kita sandarkan kebaikan itu dengan sesuatu yang lain,
maka sesuatu itu akan menjadi baik juga. Sebagai contoh ketika kita sandarkan
takwa dengan lingkungan, maka secara otomatis seorang yang bertakwa akan
berfikir bahwa takwa dalam lingkungan adalah menjaga lingkungan agar tetap
baik. Kenapa demikian? Karena seorang yang bertakwa perilakunya akan selalu
cenderung melakukan kebaikan dalam kehidupannya.
Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai khalifah dimuka
bumi ini. Namun tidak semua manusia akan menjadi khalifah melainkan orang-orang
yang telah dipilih Allah Swt. Hal ini dikarenakan hanya manusia yang diberikan
otak beserta akal fikiran sedangkan makhluk lain, seperti tumbuhan dan hewan
hanya di berikan otak saja tanpa akal fikiran. Sesuai dengan teori etika
lingkugan yaitu teori Antroposentrisme yang mengatakan bahwa manusia
adalah pusat di alam semesta ini.
Ketakwaan seseorang juga dapat mempengaruhi sikap dalam
dirinya untuk bersikap sebijaksana mungkin terhadap alam ini. Karena mereka
menyadari bahwa selayaknya sebagai
manusia dimuka bumi ini merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaganya agar
tidak terjadi kerusakan. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang berbunyi;
النَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ
Artinya; “Kebersihan itu sebagian dari Iman”
Bahwasannya, hadis ini mengajak kita
untuk menjaga lingkungan ini dengan cara hidup yang bersih. Karena dengan hidup
bersih maka tercegahlah suatu bentuk kerusakan di alam ini dengan cara
melestarikan alam ini secara gotong-royong.
Mereka yang bertakwa akan selalu menjauhi hal-hal yang mengakibatkan
dosa, seperti merusak lingkungan dengan menebang pohon sembarangan yang
mengakibatkan hutan menjadi gundul, membuang sampah sembarang dan lain
sebagainya.
Lain halnya dengan orang yang tidak bertakwa. Mereka dengan seenaknya
mengeksploitasi bumi ini hanya untuk dirinya sendiri dan mereka tidak
memikirkan kehidupan generasi sesudahnya, bahkan mereka menghasbiskan sumber
daya alam ini untuk kehidupan pribadinya. Mereka tidak akan pernah berfikir
apakah merusak alam ini adalah termasuk perbuatan dosa? Tidak sama sekali.
Sekalipun mereka menyadari dan mengetahui bahwa itu adalah hal yang
mendatangkan dosa, mereka akan berfikir itu adalah urusan di akhirat nanti.
Pada dasarnya, segala sesuatu itu perlu dilandasi dengan keimanan dan
ketakwaan. Dengan iman dan takwa yang kuat, kita tidak akan terjerusmus kepada
hal-hal yang buruk seperti halnya merusak alam. Mereka akan senantiasa untuk
melakukan hal yang baik yang bermanfaat untuk masyarakat dan menyeru kepada kebaikan
dalam hal menjaga lingkungan.
Salah satu kewajiban seorang yang bertakwa dalam hubungan manusia
dengan lingkungan untuk menjaga lingkungan agar tidak rusak dan menjauhkan diri
dari perbuatan buruk. Karena seorang yang melakukan kerusakan dimuka bumi ini
mereka akan merasakan akibat dari perbuatannya. Hal ini dapat kita lihat
didalam ayat Qur’an surat Ar-Rum ayat 41, yang berbunyi:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فَيْ
الْبَرِّ وَالْبَحْرِبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan
didarat dan dilaut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Maka, kita dapat menyimpulkan dari ayat diatas bahwa setiap manusia
wajib menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya. Karena dengan demikian kita
dapat terjaga dari kelangsungan hidup ini dan mendapatkan berkah dari perbuatan
baik kita selama didunia.
Seorang yang bertakwa dapat diartikan sebagai manusia yang memegang
tugas kekhalifahannya ditengah alam sebagai subjek yang bertanggung jawab
mengelola dan menjaga lingkungan. Sebagai pengelola, manusia akan memanfaatkan
alam untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak lingkungan disekitar
mereka.
Dalam pembentukan kepribadian yang utuh lahir dan bathin mengharuskan
kita untuk meningkatkan sumber daya manusia yang bertanggung jawab.
Pengembangan kepribadian itu tidak lain dan tidak bukan senantiasa bertakwa
kepada dzat yang telah menciptakan alam ini untuk kita.
Ketakwaan juga menghantarkan kita menuju ma’rifatullah dengan cara
apapun, diantaranya takwa dalam menjaga lingkungan. Dalam menjaga lingkungan,
kita harus merasa memilikinya dan menganggapnya seperti pusaka kehidupan yang
harus dijaga dan dirawat dengan sebaik mungkin.
Ligkungan yang bersih dan terjaga akan memiliki efek positif juga
kepada kita yang ada disekitarnya. Seperti hadis yang telah Saya sebutkan
diatas bahwa “kebersihan itu sebagian dari iman”. Jika kita termasuk orang yang
menjaga kebersihan lingkungan maka kita itu dapat dikatakan sebagai orang yang
beriman. Jika seorang seseorang sudah dikatakan beriman, maka pada hakikatnya
sudah dikatakan sebagai orang yang bertakwa. Karena iman dan takwa itu
mempunyai hubungan yang erat.
Seperti yang
sudah Saya jelaskan bahwa dampak dari takwa mencakup banyak hal dalam kehidupan
ini. Sebagai contoh lain, selain dampak pada lingkungan terdapat sebuah cerita
Nabi Yusuf as ketika hidupnya dalam keadaan dipenjara.
Dalam cerita
Nabi Yusuf as, beliau dengan ketakwaanya mampu mengubah kondisi dalam penjara,
orang-orang sekelilingnya merasa nyaman dan merasakan bahagai, penjara yang
sebelumnya sangat kotor dengan kedatangan Yusuf as menjadi penjara yang bersih
dengan kerja bakti yang dikomandoinya oleh tahanan lain. Inilah taqwa yang
benar-benar membawa kesejehtaraan dimanapun ia berada, sebagaimana Rasulullah
saw bersabda “bertakwalah dimanapun kalian berada”.
Tentu, itu
semua tidak keluar dari skenario Allah Swt yang sebenarnya Allah Swt akan
menunjukan dan memberikan pelajaran kepada kita tentang apa yang telah terjadi
dengan Yusuf as. Didalam penjara, Allah Swt menyempurnakan karakter dalam hal
kedermawanan, amanah, perilaku baik, memperbanyak ibadah dan mengetahui ta’wil
mimpi untuk sebuah rencana yang besar dimasa mendatang.
Melihat dari
cerita Nabi Yusuf as kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus menjadi
orang yang membawa kenyamanan dalam menjalani hidup ini. Semua ini terjadi
karena dampak dari ketakwaan seorang Nabi kepada Allah Swt yang senantiasa
mengerjakan apa yang diperintah Allah Swt dan menjahui apa yang dilarang-Nya.
Itulah dampak
bagi orang yang bertakwa yang atas seizin Allah Swt akan mendapatkan apa yang
diinginkan oleh seorang hamba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar