Dampak yang Sangat Besar dalam Taqwa - Musafir Islam
Default Width dan Height di Tag Marquee Media Pencerahan Umat Islam

Selasa, 24 September 2019

Dampak yang Sangat Besar dalam Taqwa


Pada kesempatan kali ini, Saya akan membawakan sebuah tema yang berjudulkan dampak takwa dalam kehidupan menurut Islam.

            Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muham
mad Saw yang didalamnya terdapat sebuah kitab suci (Al-Qur’an) sebagai pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

        Di dalam Islam juga mempunyai aturan-aturan tertentu yang harus dijalankan seluruh umat Islam didunia. Dan aturan itu berbentuk perintah sekaligus larangan untuk seluruh umat Islam. Disebutkan bahwa salah satu dari perintah itu adalah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Terdapat dalam firman-Nya surat Ali Imran, ayat; 102 yang berbunyi:

ياَ أَيُّهاَ الّذيْنَ أمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

            Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan beragama Islam”

        Makna takwa dalam ayat yang sudah Saya sebutkan adalah menjalankan apa yang diperintah Allah Swt dan menjauhi apayang dilarangan-Nya.

       Seseorang yang bertakwa dalam kehidupannya, maka mereka akan menjadi pribadi yang baik dan disegani oleh masyarakat. Dan ketika kita sandarkan kebaikan itu dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu itu akan menjadi baik juga. Sebagai contoh ketika kita sandarkan takwa dengan lingkungan, maka secara otomatis seorang yang bertakwa akan berfikir bahwa takwa dalam lingkungan adalah menjaga lingkungan agar tetap baik. Kenapa demikian? Karena seorang yang bertakwa perilakunya akan selalu cenderung melakukan kebaikan dalam kehidupannya.

      Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai khalifah dimuka bumi ini. Namun tidak semua manusia akan menjadi khalifah melainkan orang-orang yang telah dipilih Allah Swt. Hal ini dikarenakan hanya manusia yang diberikan otak beserta akal fikiran sedangkan makhluk lain, seperti tumbuhan dan hewan hanya di berikan otak saja tanpa akal fikiran. Sesuai dengan teori etika lingkugan yaitu teori Antroposentrisme yang mengatakan bahwa manusia adalah pusat di alam semesta ini.

         Ketakwaan seseorang juga dapat mempengaruhi sikap dalam dirinya untuk bersikap sebijaksana mungkin terhadap alam ini. Karena mereka menyadari bahwa selayaknya  sebagai manusia dimuka bumi ini merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaganya agar tidak terjadi kerusakan. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang berbunyi;

النَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ

Artinya; “Kebersihan itu sebagian dari Iman”

       Bahwasannya, hadis ini mengajak kita untuk menjaga lingkungan ini dengan cara hidup yang bersih. Karena dengan hidup bersih maka tercegahlah suatu bentuk kerusakan di alam ini dengan cara melestarikan alam ini secara gotong-royong.


Mereka yang bertakwa akan selalu menjauhi hal-hal yang mengakibatkan dosa, seperti merusak lingkungan dengan menebang pohon sembarangan yang mengakibatkan hutan menjadi gundul, membuang sampah sembarang dan lain sebagainya.

Lain halnya dengan orang yang tidak bertakwa. Mereka dengan seenaknya mengeksploitasi bumi ini hanya untuk dirinya sendiri dan mereka tidak memikirkan kehidupan generasi sesudahnya, bahkan mereka menghasbiskan sumber daya alam ini untuk kehidupan pribadinya. Mereka tidak akan pernah berfikir apakah merusak alam ini adalah termasuk perbuatan dosa? Tidak sama sekali. Sekalipun mereka menyadari dan mengetahui bahwa itu adalah hal yang mendatangkan dosa, mereka akan berfikir itu adalah urusan di akhirat nanti.

Pada dasarnya, segala sesuatu itu perlu dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan. Dengan iman dan takwa yang kuat, kita tidak akan terjerusmus kepada hal-hal yang buruk seperti halnya merusak alam. Mereka akan senantiasa untuk melakukan hal yang baik yang bermanfaat untuk masyarakat dan menyeru kepada kebaikan dalam hal menjaga lingkungan.

Salah satu kewajiban seorang yang bertakwa dalam hubungan manusia dengan lingkungan untuk menjaga lingkungan agar tidak rusak dan menjauhkan diri dari perbuatan buruk. Karena seorang yang melakukan kerusakan dimuka bumi ini mereka akan merasakan akibat dari perbuatannya. Hal ini dapat kita lihat didalam ayat Qur’an surat Ar-Rum ayat 41, yang berbunyi:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فَيْ الْبَرِّ وَالْبَحْرِبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut  disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”

Maka, kita dapat menyimpulkan dari ayat diatas bahwa setiap manusia wajib menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya. Karena dengan demikian kita dapat terjaga dari kelangsungan hidup ini dan mendapatkan berkah dari perbuatan baik kita selama didunia.

Seorang yang bertakwa dapat diartikan sebagai manusia yang memegang tugas kekhalifahannya ditengah alam sebagai subjek yang bertanggung jawab mengelola dan menjaga lingkungan. Sebagai pengelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka.

Dalam pembentukan kepribadian yang utuh lahir dan bathin mengharuskan kita untuk meningkatkan sumber daya manusia yang bertanggung jawab. Pengembangan kepribadian itu tidak lain dan tidak bukan senantiasa bertakwa kepada dzat yang telah menciptakan alam ini untuk kita.

Ketakwaan juga menghantarkan kita menuju ma’rifatullah dengan cara apapun, diantaranya takwa dalam menjaga lingkungan. Dalam menjaga lingkungan, kita harus merasa memilikinya dan menganggapnya seperti pusaka kehidupan yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik mungkin.

Ligkungan yang bersih dan terjaga akan memiliki efek positif juga kepada kita yang ada disekitarnya. Seperti hadis yang telah Saya sebutkan diatas bahwa “kebersihan itu sebagian dari iman”. Jika kita termasuk orang yang menjaga kebersihan lingkungan maka kita itu dapat dikatakan sebagai orang yang beriman. Jika seorang seseorang sudah dikatakan beriman, maka pada hakikatnya sudah dikatakan sebagai orang yang bertakwa. Karena iman dan takwa itu mempunyai hubungan yang erat.

Seperti yang sudah Saya jelaskan bahwa dampak dari takwa mencakup banyak hal dalam kehidupan ini. Sebagai contoh lain, selain dampak pada lingkungan terdapat sebuah cerita Nabi Yusuf as ketika hidupnya dalam keadaan dipenjara.

Dalam cerita Nabi Yusuf as, beliau dengan ketakwaanya mampu mengubah kondisi dalam penjara, orang-orang sekelilingnya merasa nyaman dan merasakan bahagai, penjara yang sebelumnya sangat kotor dengan kedatangan Yusuf as menjadi penjara yang bersih dengan kerja bakti yang dikomandoinya oleh tahanan lain. Inilah taqwa yang benar-benar membawa kesejehtaraan dimanapun ia berada, sebagaimana Rasulullah saw bersabda “bertakwalah dimanapun kalian berada”.

Tentu, itu semua tidak keluar dari skenario Allah Swt yang sebenarnya Allah Swt akan menunjukan dan memberikan pelajaran kepada kita tentang apa yang telah terjadi dengan Yusuf as. Didalam penjara, Allah Swt menyempurnakan karakter dalam hal kedermawanan, amanah, perilaku baik, memperbanyak ibadah dan mengetahui ta’wil mimpi untuk sebuah rencana yang besar dimasa mendatang.

Melihat dari cerita Nabi Yusuf as kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus menjadi orang yang membawa kenyamanan dalam menjalani hidup ini. Semua ini terjadi karena dampak dari ketakwaan seorang Nabi kepada Allah Swt yang senantiasa mengerjakan apa yang diperintah Allah Swt dan menjahui apa yang dilarang-Nya.

Itulah dampak bagi orang yang bertakwa yang atas seizin Allah Swt akan mendapatkan apa yang diinginkan oleh seorang hamba.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar