Begitu terhinanya dunia ini, sehingga banyak manusia yang terjerumus
pada jurang kesesatan dan kehancuran. Banyak diantara orang islam sendiri yang
melupakan Tuhannya. Mereka lebih mementingkan kehidupan dan kemewahan yang
mereka miliki hingga mereka menjauh dan lupa terhadap Dzat yang memberikan
kenikmatan itu semua.
Amirul Mukminin as ketika menyebutkan ketercelaan dunia dan menyebut
seseorang yang datang kepadanya membawa manisan-manisan berkata, “Sungguh dunia
kalian dalam pandanganku lebih hina daripada daun dimulut belalang yang sedang
mengunyahnya, lebih kotor daripada sepotong tulang babi yang dilemparkan oleh
penderita lepra dan lebih pahit daripada isi labu pahit yang dikunyah oleh
orang yang mual lalu mencernanya. Bagaimana mungkin aku menerima bungkusan yang
diikat dalam lipatannya dan adonan yang seakan-akan dicampuri air liur atau
muntahan ular? Ya Allah! Sungguh aku berpaling darinya, seperti anak kuda yang
lari dari penunggangnya.
Apakah aku akan menghindarkan diri dari sehelai bulu yang jatuh dari
anak unta sementara aku menelan seekor unta yang terikat dikandangnya? Apakah
aku akan memungut kalajengking yang merayap disarangnya atau aku mengikat
mangsa ular dikandanganya? Oleh karena itu, biarkanlah aku merasa cukup dengan
garam dan beberapa potong roti dari keduniaan kalian. Maka dengan takwa kepada
Allah Swt, aku mengharap keselamatanku.
Apa hubungannya semua ini dengan kenikmatan yang akan hilang dan
kelezatan yang di dapatkan dari kemaksiatan ini? Aku dan para pengikutku akan
menemui Tuhan kami dengan mata yang pahit dan perut yang kosong. Dalam hal ini,
Allah Swt berfirman, “Dan Allah agar membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran
[3]:141).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar