Ada seorang penipu yang memperkenalkan dirinya kepada Harun (penguasa
abbasiyah), berpura-pura sebagai orang Afrika. Harun menanyakan tentang hasil
panen, permata-permata, dan karya seni kerajaan disana, yang pernah ia
kunjungi. Penipu itu lalu menggambarkan permata-permata itu dengan terperinci,
yang bahkan tanpa melihatnya pun Khalifah (harun) menjadi takjub di buatnya.
Lalu ia berkata kepada Khalifah,
“Di India, mereka membuat semacam obat yang mengembalikan tenaga muda pada
manusia. Bahkan jika seorang laki-laki yang berumur 60 tahun meminum obat itu,
ia akan memperoleh kejantanan dan tenaga pemuda 20 tahun.”

Suatu hari Ja’far Barmaki dan
tamu-tamu yang lain tanpa sengaja menyebutnya. Sehingga Khalifah berkata, “Jika
kalian dapat menangkap penipu itu, maka akan aku berikan uang yang lebih banyak
dari yang telah aku berikan padanya. Di samping itu, aku akan berikan perintah
untuk memenggal kepalanya dan menggantungnya di gerbang pintu Baghdad, agar
yang lain dapat pelajaran dari kejadian tersebut.”
Buhlul tertawa terbahak-bahak dan
berkata, “Wahai Harun!, ceritamu dan cerita penipu itu sangat mirip denga
dongeng ayam jantan, wanita tua, dan rubah.”
“Ceritakan padaku tentang dongeng
ayam jantan, wanita tua, dan rubah itu,” kata Harun.
Buhul pun mulai bercerita, “Di
kisahkan bahwa seekor kucing liar menerkam ayam jantan seorang wanita tua.
Wanita itu lalu lari mengejar kucing tadi sambil berteriak, ‘Tolong aku! Kucing
itu telah membawa satu ton ayam jantanku!’ kucing itu menjadi kesal dan
berkata, ‘Wahai wanita tua! Mengapa kau berbohong? Ayam jantan ini tidak
seberat yang kau katakan!’ secara kebetulan, muncul seekor rubah. Lalu ia
berkata pada kucing itu, ‘Mengapa kau begitu kesal?’ Kucing itu menceritakan
apa yang telah terjadi. Rubah itu berkata, ‘Letakkan ayam jantan itu di tanah
agar aku dapat mengatakan padamu berapa beratnya.’ Dengan cepat, kucing itu
meletakkan di tanah, lalu si rubah itu mengambilnya dan kemudian lari sambil
berkata, ‘Katakan pada wanita tua itu bahwa kakiku mengatakan berat ayam jantan
ini lebih dari satu ton.’”
Harun ar-Rasyid tertawa
terbahak-bahak mendengar cerita Buhlul dan memujinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar