
Syaqiq meriwayatkan, "Sebuah ucapan dengan maksud menghina ditujukan kepada Luqman, "Alangkah jeleknya wajahmu!"
Mendengar ucapan tidak terpuji itu, Luqman berkata, "Dengan ucapanmu itu, apakah kamu menghina sosok ini atau penciptanya?!"
Dengan jawaban dari Luqman, orang yang menghinanya langsung kaget atas jawabannya yang penuh hikmah itu.
Disini bisa kita ambil pelajaran, bahwa setiap kali kita menghina atau mencaci orang lain, maka kita telah menghina penciptannya. Karena kita semua adalah titipan dan tidak ada hak bagi kita untuk melakukan sesuatu yang tidak pantas terhadap orang-orang di sekitar kita. Labih lagi kalau orang yang kita hina tidak rela atas perbuatan kita dan kemudian ia mengadu kepada Tuhannya.
Hal-hal semacam ini dapat mencegah diterimanya amal perbuatan kita, dan pasti kita akan mendapatkan sebuah penyesalan yang sangat besar di kemudian hari kelak.
Maka dari itu, jangan menyalahi aturan lisan. Jangan sampai lisan kita bergerak sesuai hawa nafsu kita, ini akan lebih bahaya daripada membunuh seseorang. Karena lidah atau ucapan dapat mematikan perasaan dan hati seseorang yang di sakitinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar